RANTAU NEGERI SEMBILAN

Mengenal Minangkabau Negeri Sembilan

Negeri Sembilan atau juga dikenal sebagai Negeri Sembilan Darul Khusus merupakan salah satu negara bagian Malaysia. Negara bagian ini berbatasan dengan Selangor di Utara, Pahang di Timur, Johor di Tenggara, Melaka di Selatan, dan Selat Melaka di Barat

Pada awalnya kawasan ini dibentuk oleh perantau Minangkabau dan menjadikan kawasan pemukiman pada masa kejayaan Kesultanan Melaka. Kemudian masyarakat yang bermukim pada 9 negeri seperti Johol, Jelebu, Klang, Sungai Ujong, Naning, Rembau, Jelei, Segamat dan Pasir Besar membentuk semacam konfederasi yang disebut dengan lembaga dan dinamakan Negeri Sembilan. Selanjutnya sebagai pemersatu masyarakat maka diangkatlah seorang raja yang pada awalnya mereka minta dari Yang Dipertuan Pagaruyung.[3]

Perubahan peta politik dan persaingan kekuasaan di Semenanjung Malaya, menyebabkan perubahan status pemerintahan dan wilayah kekuasaan kerajaan Negeri Sembilan. Setelah kemerdekaan Malaysia, Negeri Sembilan menjadi bagian dari Malaysia dan Yang Dipertuan Besar Negeri Sembilan Tuanku Abdul Rahman menjadi Yang di-Pertuan Agong pertama Malaysia.

Sekilas Sejarah Negeri Sembilan

Sejarah awal kedatangan orang-orang Minangkabau dari dataran tinggi Sumatra ke Semenanjung Malaya di Negeri Sembilan tidak diketahui dengan pasti. Berdasarkan cerita lisan yang disampaikan secara turun temurun (Tambo Minangkabau), bermula dari kedatangan nenek moyang mereka yang dipimpin oleh tiga orang pria dan seorang wanita, yang disebut dengan suku yang ampat, kemudian dikenal juga dengan nama Undang yang Ampat, disebutkan yang wanita bersuku Biduanda berkedudukan di Johol, sedangkan masing-masing pria berkedudukan di Jelebu, Klang dan Sungai Ujong. Kemudian masyarakatnya bertambah, dan terbentuk kawasan baru di Naning, Rembau, Jelei, Segamat dan Pasir Besar yang masing-masing memiliki penghulu.

Atas kesepakatan masyarakat pada semua kawasan tersebut, maka dibentuklah Lembaga Negeri Sembilan, berkedudukan di Sri Menanti. Kemudian masyarakat tersebut meminta pengakuan kepada Yang Dipertuan Pagaruyung, yang kemudian memenuhi permohonan tersebut dan mengirimkan Raja Melewar untuk memerintah Negeri Sembilan dengan gelar Yang Dipertuan Besar Negeri Sembilan. Setelah wafatnya Raja Melewar serangkaian sengketa suksesi terjadi. Untuk waktu yang cukup lama para penghulu setempat meminta raja Pagaruyung untuk mengirimkan raja untuk mereka. Namun perbenturan kepentingan berbagai pihak mendukung calon yang berbeda-beda dan sering menyebabkan ketidakstabilan serta perang saudara. Sementara berdasarkan Daghregister, pada tahun 1677 masyarakat yang bermukim di Sungai Ujong, Rembau dan Naning, disebutkan telah dipimpin oleh Raja Ibrahim dari Minangkabau

Pada tahun 1059 orang Minangkabau telah sampai merantau ke Tumasik ( Singapura Sekarang ) dan pada tahun itu juga telah didapat perkabaran bahwa orang Minagkabau telah ada dari tanah suci sebanyak 5 orang diantaranya 9 orang yang bertolak dari Nusantara ini. 

 Perantauan orang Minangkabau membuka ke tanah semenanjung menurut perkiraan sepanjang bukti yang ada baik dinegeri sembilan maupun di Minangkabau, dapat diduga telah bermula pada abad ke 15 masehi melalui rantau nan tigo kubang aie tersebut, membawa kebudayaan bersawah ladang dan adat perpatih dan ketemenanggungan dan agama islam (kelaut adat Temenggung, Kedarat adat perpatih). 
 Melalui Sungai Rokan, Rambah dan tembusai Melintasi Selat Malaka Menempati bahagian Barat Semenanjung seprti Perak, Selangor dan kedah. Melalui Sungai Kuantan, Batang Hari dan Batang Kampar menempati Negeri Sembilan, bahagian Johor, Pahang dan Trenggano. 

 Tersebut sebuah perkabaran di Minangkabau bahwa orang Baipuh seorang Pahlawan bernama Marajo ALam mengadakan perjalanan, menjadi orang besar di Air hitam ( sekarang tidak didiami lagi ) didaerah bukit tiga puluh mempunyai sebuah meriam bertulis Raja gagak dan sebuah Tambo Loyang ( masih dijajaki ) 

 Menurut catatan Tok Batin Malingkar Alam di Pasir Besar Ulu Muar Negeri Sembilan, bahwa ditinggalkan di Minangkabau 4 Suku, 4 Undang dan 4 raja. Suku Biduanda yang hingga kini menjadi suku tertua berasal dari keturunan campuran antara pendatang dari Minangkabau dengan penduduk asli (Jakun/Sakai) mengambil suku Biduanda, ternyata suku undang empat di Negeri Sembilan adalah Biduanda.

Dari catatan tersebut diatur suku 12 di Negeri Sembilan mengambil sempena dari 4 suku, 4 Undang dan 4 raja yang ditinggalkan di Minangkabau, yaitu :
1. Suku Biduanda
2. Suku Batu Hampar
3. Suku Tanah Datar
4. Suku Simalenggang
5. Suku Batu Belang
6. Suku Mungkal
7. Suku Payakumbuh
8. Suku Tigabatur
9.Suku tiga Ninik 
10. Suku Silemak Minangkabau
11. Suku Silemak Pahang
12. Suku Anak Aceh

Ternyata nama-nama suku tersebut adalah nama-nama Negeri Luak nan tigo di Minang kabau. Adat yang dipakai adalah disebut apat perpatih  dan Fiil perangai serta bahasa yang dipakai banyak sekali kesamaan, seperti apa yang terdapat di Minangkabau.
 Atas perantauan orang Minangkabau dari suriah landar tersebut terbukalah  Alam Negeri Sembilan dengan adat perpatihnya

" tak lekang dek panas tak lapuk dek hujan, biar mati anak, jangan mati adat". 

demikianlah ungkapan adat perpatih yang diamalkan orang di Negeri Sembilan.
 Negeri Sembilan semula jadi diriwayatkan ada 9 buah negeri yang terpencar bernaung pada kerajaan Johor :
 
 1. Naning 
 2. Segamat
 3. Rembau
 4. Pasir Besar Ulu Muar
 5. Johol
 6. Jelebu
 7. Ujong
 8. Kelang
 9. Jelai

Bila Kerajaan Johor sedang menghadapi musuh dari luar dan Negeri Sembilan yang berdiri sendiri-sendiri tersebut dikacau oleh Perampok Lanun, Johor pun melepaskan naungan nya dengan bersepakat kesembilan buah Negeri itu dan disetujui oleh kerajaaan Johor untuk menjemput seorang anak raja dari Minangkabau Pagaruyung.
 Sementara itu menurut perjalanan sejarah Zaman, tiga dari 9 Negeri sembilan tersebut lepas dari ikatan Negeri Sembilan, bernaung dan langsung dikuasai oleh negeri-negeri disekelilingnya.
 Seagamat masuk Johor
 Naning Masuk Ke Malaka
 Kelang bersatu dengan Selangor
 Sedangkan Tampin di dalam Luak Rembau berdiri sendiri, walaupun masih didalam kesatuan serta adat Negeri Sembilan. Adat raja yang dijemput oleh Minangkabau adalah Raja Mahmud bergelar
 Raja Malewar dilepas oleh tuanku yang dipertuan Abdul Jalil Berdaulat Raja Alam Minangkabau waktu itu. dengan membawa sehelai rambut gombak dikepala Yam Tuan Abdul Jalil, bertolak menuju tanah semenanjung Malaka. Di istana besar Srimenanti Negeri Sembilan sampai saat ini masih tersimpan dan menjadi kebesaran kerajaan rambut sehelai sebati .
 Raja Melawar ditabalkan di Penajis Tanah Kerajaan di dalam Luak Rembau dan kemudian bertahta di Srimenenti, dibawah bukit Gitan Seri Indera, bertarikh tahun 1773 M. Raja Hitam adalah anak Raja yang kedua dijemput ke Minang kabau dan bertahta tahun 1798-1808 M. Raja Lenggang yang ketiga masih dijemput ke Pagaruyung dan bertahta tahun 1808-1824 M.

 Raja keempat adalah Raja Radin anak Raja Lenggang tidak dijemput lagi ke Pagaruyung, bertahta tahun 1824-1861 M. ( Minangkabau mulai tahun 1804 menghadapi Muibah, terjadinya pembakaran dan pembunuhan dilingkungan Istana Pagaruyung ), barangkali musabab yang tidak memungkinkan lagi menjemput anak raja setelah mangkatnya Raja Lenggang ).

Yam tuanku Imam, anak Raja Radin bertahta tahun 1861 - 1869

T. Puanku Intan, (Pemangku) Janda raja Radin tahun 1869 - 1872

Yam Tuan Antah, Adik Y. Imam bertahta tahun 1872- 1888

Tuanku Muhammad, anak Y.T. Antah bertahta tahun 1888-1923 M

Tuanku Abd. Rahman, anak T. Muhammad bertahta tahun 1923-1960 M

Tuanku Munawir, anak T. Abdul Rahman bertahta tahun 1960-1967 M.
Tuanku Jaafar, adik T. Munawir bertahta sejak tahun 1967. Bersambung....

Comments

Popular posts from this blog

RANGKIANG NAN SAMBILAN

MAKNA LAMBANG MINANGKABAU

BATAS ALAM MINANGKABAU